Saturday, January 28, 2006 

Penyakit "M"

Arrgghhh......
Kalau boleh jujur, sudah hampir 10 hari diriku tidak mengisi secuilpun dalam blogku ini. Tiba-tiba saja penyakit M yang tidak tahu asal muasal gejalanya menghinggapiku. Padahal selama ini setiap kata-kata akan kusimpan dalam disket 1.4 MB. Cuma untuk masuk dan berinteraksi dalam blog ini serasa menemukan duri dalam kaki. Tahu donk, gimana sakitnya saat kita memakai sepatu atau sandal dan menginjakkannya.
Sebenarnya diriku tahu apa yang mengganjal, hanya otak malas untuk mendiskripsikannya dan memproyeksikan dalam lembaran putih. Sudahlah...........
Hari ini Sabtu, kulihat jam yang ada di studio Batam TV masih seperempat jam jagi sebelum jam 5 sore. Samar-samar suara penelepon dalam acara extrem, mereka ngomongin masalah menduakan doi, idih.........
mau menduain, mentigain, bla..bla...bla....who care?
Udah dech, sempat nanti hanya emosi yang tertuang disini, rasanya akan menjadi hambar. Semoga aku bisa kembali besok.....ingat !!! Besok.......dengan kesegaran otak yang lebih sempurna.
See U....

Thursday, January 19, 2006 

My All

I am thinking of you
In my sleepless solitude tonight
If it's wrong to love you
Then my heart just won't let me right'
Cause I've drowned in you
And I won't pull throughWithout you by my side

Chorus:
I'd give my all to have
Just one more night with you
I'd risk my life to feel
Your body next to mine
'cause I can't let go on
Living in the memory of your song
I'd give my all for your love tonight


Baby can you feel me
Imagining I'm looking in your eyes
I can see you clearly
Vividly emblazoned in my mind
And yet you're so far
Like a distant star
I'm wishing on tonight

Chorus
** Guitar Break
Chorus

Give my all for your love
Tonight

Wednesday, January 18, 2006 

Kelanjutan Kuliah 4 Jam itu.

" Aku baru pulang dari kantor kejaksaan. Baru ganti baju. Makanya sedikit banyak, baju rumahan sudah robek-robek".
Itulah kata-kata pertama yang dikeluarkan oleh Ibu Rita untuk memulai pembicaraan kami.
"Ada urusan apa ibu ke kantor kejaksaan?" tanyaku penuh selidik. Belum lama beliau duduk, dia sudah harus berdiri kembali dan pergi menuju ruang yang kemungkinan besar sebagai kantornya. Dari bawah tempat tidur, dia meraih sesuatu seperti majalah. Beliau membawanya kembali ke ruangan tempat saya duduk. Satu eksemplar diberikannya kepadaku. Aku melihat dari sampulnya ternyata itu adalah sebuah majalah yang bertajuk "FAKTA".
Aku lihat dan memcari tanggal terbitnya. Namun sudah terlebih dahulu dijelaskan kepadaku kalau majalah ini adalah terbitan terbaru di bulan Januari 2006.
Masalah penyelundupan BBM yang terjadi baru-baru ini di daerah Batam, oleh pihak kejaksaan melepaskan dan membebaskan Terek A. sebagai tersangka. Dan untuk mengkonfirmasi itu saya harus bolak-balik ke Kejari untuk menanyakan apakah ada sesuatu dibalik ini?
Saya seorang wartawan. Dan lebih tepatnya hanya sayalah perwakilan FAKTA yang ada di Kepulauan Riau. Sehingga setiap penyelewengan yang ada di Batam ataupun Kepri dimana media lokal sudah mengangkatnya namun belum ada tindak lanjutnya, itulah yang saya coba tuangkan dalam FAKTA ini. Walaupun terbit hanya sekali sebulan, namun hasil akhirnya sangat berpengaruh.
"Lihat ini", sambil menunjukkan sebuah tulisan dalam FAKTA edisi januari yang juga saya cari tahu dengan membolak-balik halamannya. Foto yang ada disana merupakan bangunan pasar induk yang ada di daerah Jodoh. Dari judul tulisan, saya tahu kalau pembangunan gedung tersebut berbau korupsi. PEMBANGUNAN PASAR INDUK DABAYANGI KORUPSI, itulah yang jadi judulnya. Informasi yang didapat ternyata pembangunannya menelan dana sebesar 48 milyar namun oleh konsultan menyatakan bahwa bangunan itu hanya butuh 28 milyar saja. Jadi kemana yang 20 milyar itu?
Itulah salah satu usaha dari Ibu Rita untuk mempertahankan statusnya sebagai "the one" perwakilan dari FAKTA yang akan berusaha membuka fakta sebenarnya. Dia berprinsip siapapun akan dia kejar kalau memang harus di kejar. Saya tidak takut pada siapapun. Baik itu menteri, gubernur sekalipun. Kalau dia melanggar hukum, yah harus dia pertanggungjawabkan.
Ibu Rita memulai perjalanan hidupnya di Batam sebagai ibu rumahtangga dimana suaminya bekerja sebagai DLAJ. Namun kehidupan rumah tangga mereka tidak semulus perkiraannya dan mereka harus bercerai. Bekerja sebagai anggota koperasi yang pada saat itu harus menjalankan operasi pasar. Karena tidak sanggup melihat penderitaan para pembeli beras, sehingga berapapun harga yang ditetapkan oleh DOLOG, segitu pula harga yang diberikan kepada rakyat. Saya tidak mampu menaikkan harga dan saya tidak bisa melihat mereka yang berbaju compang camping harus menaikkan 2 kali harga beras kepada mereka.
Itulah mungkin kenapa saya tidak bisa kaya. Sehingga saya miskin seperti sekarang ini.
"Delco, bulan Desember kemarin, adik saya itu" sambil menunjukkan foto yang ada di dinding. Dia meninggal karena sakit yang dideritanya. Memang pada saat itu saya seperti ada pertanda. Hari itu saya seperti ada bayangan kalau saya melihat adik saya itu di rumah ini. Ternyata sore harinya saya mendapat telepon dari adik saya yang perempuan. Saya tidak punya uang untuk pulang ke Medan dan menjenguk adik saya itu. Selama menceritakan kematian adiknya ini, Ibu Rita meneteskan airmata. Dan anehnya tidak ada isak tangis, namun air mata yang mengalir seperti air yang meluap dari gelas yang terisi penuh.
Tetanggaku ini semua tidak ada yang mau peduli dengan kemalanganku saat itu. Tidak ada satupun dari mereka yang bertanya atau sekedar memberikan penghiburan kepadaku. Malah teman-temanku yang jauh dariku yang membantuku. Tak ada satupun dari tetanggaku. Mereka semua hanya ingin menerima saja. Itulah kenapa aku sudah bosan kalau ada undangan hajatan. Saya tidak mau lagi menghadirinya.
Saya mendatangi seorang cina, namanya Aliong. Dulu pernah saya bantu dia. Kalau beras dari dolog saya pasok dulu dan bayarnya belakangan. Tapi namanya pedagang, bukan berapa yang saya butuhkan yang ditanyakan, namun hanya segini yang saya punya.
Untung saya bertemu dengan orang yang juga pernah saya bantu. Dan saya sangat bersyukur, dia memberikan berapa yang saya butuhkan. Ternyata Tuhan baik.
Jujur saja ya, hanya saya yang paling miskin di antara saudara-saudara saya.
(bersambung)

Tuesday, January 17, 2006 

Cuplikan Film "Finding Forrester"

Elizabeth Ruzycki
ENGL 004
Dr. Billie Jones
10/24/01
William Forrester first meets Jamal Wallace peering though his binoculars from his apartment window in the Bronx. While bird watching, Foresters catches a glimpse of young man with a lot of talent, not knowing that they would become close companions in the near future.
The first time Jamal stepped foot in Forrester’s apartment he was dared to by his friends and their fabricated stories. When roaming around the apartment Forrester chases Jamal out. Jamal later realizes he left his book bag inside the apartment along with his personal writings.
Forrester corrects all of Jamals works and returns them with a toss out the window. Curious, Jamal goes back to the apartment seeing many answers to many questions. Forester drives Jamal away telling him not to come back until he writes five thousand words on why he should stay out of his apartment. Jamal later returns with the task completed. On Jamal’s third visit Forrester opens up his door and lets him in. The more time Jamal spends with William, the more Jamal is challenged by him to think harder about who he is, what he wants in life, and how he will accomplish it.
Wallace’s character is a quick-minded individual holding himself back from what he is truly capable of. At school he maintains a C average to not stand out. After taking state required exams his hidden talent is shown, giving him the opportunity to excel in higher learning at a private school.
At his new school Jamal comes across a new set of challenges in the classroom with his English teacher and on the basketball court with one of his teammates. Being challenged to become a better basketball player mentally and physically, while at the same time having his integrity and capability challenged in the classroom, pushes Jamal to excel. Jamal discovers Forrester’s true identity in English class when he is assigned to read Avalon’s Landing. After questioning Forrester about the book he tells Jamal to make a promise not to tell anyone he has net him. Jamal agrees. As William spends more time talking to Jamal and listening to what he has to say he is challenged to open up, over come the past and out grow his short comings. It’s a win-win situation but neither character knows it till the end.
Forrester often gives Jamal advise on how to write better without even thinking about it. “The words we write for ourselves, are always so much better then the ones we write for others.” “You write you first draft with you heart, and you rewrite with you head, the first key to writing is to write not to think.” Forrester gives Jamal an old article he wrote, “A Season of Faith’s Perfection,” to rewrite it and use it to practice the new techniques that Forrester suggested. Jamal writes an essay on it with the first part of his essay all directly from the article. Forrester becomes closer to Jamal when he starts giving him advice and guidance on love. “The key to a woman’s heart is an unexpected gift, at an unexpected time.”
For Forrester’s birthday he takes him to a basketball game. William has an anxiety attack from all the people around him, causing them to miss the game. On the walk home Jamal takes William to the baseball stadium where his brother works. Jamal’s brother lets them onto the field (ground level). There, William opens up to Jamal telling him the story of his past. William and his brother used to go every game in that same stadium every year till his brother left the war. After the war William says, “he talked a little less, and he drank a little more”. Forrester says one night both he and his brother were drinking. His brother wanted to drive to the apartment and William did not want to go with him. So, he told his brother no and watched him drive off drunk knowing he had promised his mother he would keep an extra eye on him. William then recalls while waiting n the hospital, as his brother had gotten in an accident, the nurse is typing and tells Forrester how much his book Avalon’s Landing meant to her. He got upset at that, because he could not understand why she would be talking about his book while his brother had just died. He felt very guilty about the whole thing, pushing it away and bottling it up thought out all the years. Jamal gives Forrester some words of wisdom in his weak and unstable state, “the rest of those who have gone before us, can not study the unrest of those to follow,” William tells Jamal at the end of the night that that was one of the best nights he had in a long time.
In school, Jamal’s English teacher, Crawford, gives him a hard time about his papers. So, Crawford makes Jamal write a paper in from or him to prove he is not cheating. Aggravated with one another, they have a stand off in class. Jamal out does his teacher and is kicked out. Jamal then hands in the paper “A Season of Faith’s Perfection,” not knowing it was an article Forrester had written a long time ago. Crawford finds out and tries to get Jamal kicked out. Jamal is then offered an easy workload in the classroom if he wins the final basketball game. Jamal doesn’t take the offer.
Hurt and frustrated by the whole ordeal Jamal writes down his feelings in a letter to Forrester. While an essay contest is going on at Jamal’s school Forrester comes to read Jamal’s letter to the school. In the letter it talks about losing and finding family. Forrester tells the administration Jamal wrote the words he read and Jamal wins the essay competition.
William Forrester heads of to his home land of Scotland keeping in close contact with Jamal over the next two years. Forrester then dies of cancer leaving everything to Jamal, the keys to his apartment, a letter, and a second novel.

 

Finding Forrester

Arrrggghhhhh..........................
Kesal gw. Gw nggak punya banyak waktu kalau harus bolak-balik ke warnet untuk menumpahkan isi dari buah pikiranku ke dalam blogku ini. Saat aku di depan komputer dalam sebuah warnet seperti sekarang ini, aku harus mengalami beberapa hal yang sangat mengganggu konsentrasiku. Ruangan yang penuh dengan asap rokok membuat hawa dalam ruangan internet ini menjadi semakin panas. Ini sudah sangat menggangguku dalam menuangkan tulisanku. Aku harus mengibas-ngibakan kertas karena aku sudah sangat berkeringat.
Sudah sering kekesalanku kutumpahkan kepada manager yang mengelola warnet ini. Malah strategi marketing sering kuberikan agar banyak pengunjung yang datang. Disamping warga pemakaian yang terjangkau, pelayanan dan fasilitas juga mempengaruhi. Kalau kondisi ruangan ber ac sehingga terasa adem disana sini serta bebas dari polusi udara karena asap rokok menjadi pilihan dari orang yang senang surfing melalui dunia maya.
Kekesalanku berikutnya adalah jika saat aku sedang asik-asiknya mengetik dengan lantang kata-kata yang mengalir begitu derasnya, listrik harus padam. Sehingga hanya gelap dan suasana panas yang memenuhi ruangan. Sementara aku belum sempat mempublikasikannya dalam blogku atau sekedar untuk menyimpannya.
Arrrgggghhhhhhhhhh
Aku masih punya utang untuk menyelesaikan episode2 ceritaku dengan DR. Ritauli. Terus terang aku harus menyelesaikan ini. Dan temanku sudah menanati kelanjutannya. Sabar ya, fren?
Semalam aku begadang, karena harus menyelesaikan buku "Jakarta Paris Via French Kiss", salah satu buku bertema metropop yang sedang di gandrungi para penulis muda, gw masih menunggu buku ketiganya. Film tengah malam dalam sebuah televisi swasta mengisahkan seorang pemuda yang harus bisa menulis dan ikut dalam perlombaan di sekolahnya. Tanpa dia sadari dia harus bertemu dengan seorang penulis kenamaan yang sudah menjadi legenda tetapi ia mengasingkan diri dengan berganti identitas. Namanya sewaktu menulis buku perdananya adalah William Forrester. Dan buku ini menjadi fenomena saat pelajaran sastra di sekolahnya.
Saat penulis dan murid bertemu di rumahnya, dengan mesin ketik di hadapannya. Forrester berpesan bahwa memulai menulis bukan dengan berpikir apa yang akan di tulis tapi dengan cara "menulis".
Di pukul 2.30, aku selalu memikirkan kata-kata ini, menulai menulis bukan dengan berpikir tetapi dengan menulis. Karena sudah terlalu capek aku memilirkannya, aku tertidur tanpa mematikan televisi yang masih melek sampai pagi hari.

Saturday, January 14, 2006 

Kuliah dari DR. Ritauli (part 2)

Dengan bermodalkan niat yang gw sendiri tidak tahu apa motivasi untuk menemui si ibu Rita ini. Setelah selesai mengirimkan beberapa lowongan, di bawah terik matahari aku menaiki taksi legal yang sudah memiliki 2 penumpang. Sebelumnya gw harus membertahukan tujuanku ke arah Tiban. Dengan modal lima ribu perak, kita sudah bisa sampai di simpang tiban koperasi. Dari situ cukup kita naik ojek dengan arah Tiban Palem. Setelah pantatku dengan tenang bercokol di jok belakang, motor mengarah ke Tiban Palem.
Tukang ojek yang sama sekali tidak tahu seluk beluk dari Tiban Palem harus kewalahan mencari posisi rumah Blok D5 no.1. Setelah salah posisi hampir bebrapa menit, gw suruh tukang ojek untuk mengambil arah yang sebelah kanan. Akhirnya rumah Dr. Ritauli ketemu.
Dengan cara mengetok pintu gerbang yang sudah karatan, saya melirik ke dalam dan merasa kalau saya sudah salah tujuan. Dengan disambut seorang anak gadis yang adalah anak kedua DR. Ritauli (nama Okto), dan saya menyampaikan maksud dan tujuan saya.
"Mau ketemu dengan siapa?"
"Mau bertemu dengan ibu Panggabean" sahutku.
"Nggak ada Ibu Panggabean disini"
Kerumunan orang di seberang rumah yang sedang makan dinaungi tenda sedang mengamati aku, mungkin sebelumnya mereka menganggap aku adalah salah seorang tamu disitu.
"Oh......itu si Delco, inang. Dia khan presenter yang di Batam TV itu" sebuah suara yang sudah pernah aku dengan sebelumnya menyambutku dari dalam rumah.
Aku dipersilahkan masuk ke dalam rumahnya. Lebih tepatnya teras yang sudah dikasih atap dan dijadikan ruang tamu karena disana terdapat sepasang kursi tamu dan lengkap dengan mejanya.
Aku dipersilahkan duduk dan tidak lupa disuguhkan pula sekaleng minuman bersoda rasa straberry. Dengan senyum aku membuka kaleng dan menenggaknya sebanyak dua kali. Terasa dahagaku langsung hilang.
Ruang tamu yang super biasa ini selain diisi dengan sepasang sofa dengan corak merah putih, di kiri dan kananku ada lemari yang digunakan untuk menumpuk buku-buku yang cukup banyak. Kalender cetakan yang bergambar suami dan kedua anaknya terpampang di dinding dekat lemari dokumen. Sepertinya itu kalender tahun 2005. Beberapa foto saat menjalankan profesinya sebagai wartawan. Dan yang lucunya semua foto ini di cetak dengan printer biasa.

Friday, January 13, 2006 

Kuliah 4 Jam dari Ibu Ritauli

Dasyatttttttttttttttttt!!!!!!!!!!!!!
dan sungguh dasyatt. Itulah kata yang bisa saya gunakan untuk menggambarkan seorang ibu yang bernama DR. Ritauli Hutahaean. Kesan pertama yang kita dapatkan saat berjumpa dengan beliau adalah seperti seorang ibu rumah tangga pada umumnya. Di usia yang sudah 50 tahun, raut-raut ketuaan sudah terlihat dimana-mana. Namun walaupun seperti itu semangatnya untuk mendidik kedua orang putrinya yaitu Hotma dan Okto masih membara.
Wanita ini saya jumpai di rumahnya di perumahan Palem Indah blok D5 no 1. Tidak akan susah untuk mendapatkan rumah ibu Rita. Dengan naik ojek pun kita sudah sampai di rumahnya dalam 5 menit dari gapura. Niat saya untuk menemui ibu Rita diawali ketika sudah 2 kali beliau berinteraksi dengan saya dalam acara TV yang saya bawakan. Yang pertama di bulan Desember kemarin saat itu di hari senin. Ibu Rita menelepon dan sebelumnya bercerita kalau lagu Inang ( dipopulerkan oleh Emilia contessa) sangat menyentuh hatinya dan juga setelah saudara laki-lakinya yang juga sudah meninggal. Karena hari ini adalah edisi lagu nostalgia, beliau memilih lagu "Biarlah Sendiri" (dinyanyikan oleh Eddy Silitonga).
Selama menyanyikan lagu ini, ibu Rita benar-benar menghayati dalam bernyanyi sehingga beliau harus menangis selama bernyanyi.
Diakhir lagu saya tanya kenapa ibu sampai menangis, hanya dijawab dengan isakan yang lebih kencang. Dengan bermodalkan nama yang sebetulnya salah karena dalam catatanku, kutuliskan namanya Ny. Panggabean dan alamat rumah, aku memutuskan untuk berkunjung sekedar ingin tahu siapa sebenarnya sosok yang bernyanyi dengan penuh penghayatan ini?
(bersambung)

Thursday, January 12, 2006 

Let Me be Your HERO

Let me be your hero

Would you dance
If I asked you to dance?
Would you run
And never look back?
Would you cry
If you saw me crying?
And would you save my soul, tonight?

Would you tremble
If I touched your lips?
Would you laugh?
Oh please tell me this.
Now would you die
For the one you loved?
Hold me in your arms, tonight.

I can be your hero, baby.
I can kiss away the pain.
I will stand by you forever.
You can take my breath away.

Would you swear
That you'll always be mine?
Or would you lie?
would you run and hide?
Am I in too deep?
Have I lost my mind?
I don't care...
You're here tonight.

I can be your hero, baby.
I can kiss away the pain.
I will stand by you forever.
You can take my breath away.

Oh, I just want to hold you.
I just want to hold you.
Am I in too deep?
Have I lost my mind?
Well I don't care...
You're here tonight.

I can be your hero, baby.
I can kiss away the pain.
I will stand by you forever.
You can take my breath away.
I can be your hero.
I can kiss away the pain.
And I will stand by you forever.
You can take my breath away.
You can take my breath away.

I can be your hero.
Saat dengar lagu ini, gw merasa kalau kita bisa menjadi pahlawan bagi siapapun. Bagi orang tua, pacar, sahabat, teman, rekan kerja atau mungkin bagi orang-orang yang setiap hari kita sepelekan. Cukup kita memberikan cinta, cukup kita memberikan kasih kita sudah bertindak sebagai pahlawan untuk mereka.

Thursday, January 05, 2006 

Talking on Lunch Time

Suatu siang, kalau tidak salah sudah mau sore hari karena kondisi langit yang sudah tidak cerah lagi. Gw dan Celine berencana naik ke Food Court untuk bertemu dengan seseorang yang akan menjelaskan run down acara besok. Sebelumnya kita udah bertemu sama beliau di stage tadi. Namun karena hari ini Celine belum makan siang terpaksa dia memperalat gw untuk makan di Food Court.

Dengan menggunakan lift, kami naik ke lantai 4 menuju tempat makan eksklusif di mall ini. Meja kosong ada dimana-mana namun kami memilih meja di ujung sekali karena sangat santai dan pemandangannya langsung ke laut.

Setelah lama kami menunggu, orang yang kami nantikan kehadirannya belum kunjung datang. Hampir satu jam kami menunggu. Berulang-ulang kami coba untuk meneleponnya namun handphonenya tidak aktif.
Akhirnya kami memutuskan untuk memesan makanan. Gw dan Celine menuju counter yang ada di pintu masuk. Disana terhidang menu oriental yang beraneka ragam dan juga menu tradisional dan saya lebih memilih sup buntut.

Sebelum pesanan datang, Celine sudah memulai celotehannya masalah kerjaan yang akan kami hadapi. Dia juga bercerita banyak masalah konsep acara nantinya. Dan terkadang dia keluarkan unek-unek kalo dia tidak bisa fokus dalam melaksanakan pekerjaan ini.
Masih melanjutkan cerita tentang hubungannya dengan Juan, orang nomor satu di bagian promotion gedung tempat dia bekerja.

"Tio, jumat tanggal 23 kemarin Juan mengajak aku check in di sebuah hotel". tuturnya dengan polosnya.

"Terussss........" sambungku dengan ingin tahu. "Ok...ok...coba elo ceritain dari awal".

"Tapi jangan cerita siapa-siapa ya? Cuma elo doang yang tahu koq...."

"Iya, saat selesai acara hari jumat kemarin itu, dia mengajak gw makan di tempat dia biasa makan. Daerah windsor dech kalau nggak salah..."

Celine menghentikan ceritanya karena pelayan datang membawa pesanan kami yaitu makanan khas oriental dan sup buntut yang aroma kenikmatannya sampai kemana-mana.
Dengan berdoa masing-masing kami memanjatkan doa untuk berkat yang sudah tersedia di hadapan kami.

"OK, lanjutin ceritamu dengan Juan" pintaku lagi.

" Yah...setelah kami makan, dia bawa aku ke hotel triniti dan dia check in"

"Kok kamu mau ?"

"Nggak tau kenapa, tapi gw suka ama dia, walaupun dia udah mau married..."

"Setelah sampai di kamar? Apa yang kalian lakukan ?" serangku.

"M..m....m.....yah dia suruh gw mandi.....tapi gw nggak mau, gw suruh aja dia duluan yang mandi...."

"Truss...."

"Oh my God....dia keluar dari kamar mandi hanya dengan lilitan handuk di pinggangnya...aku sampai menelan ludah....."

"Kamu mandi atau gimana?"

"Ya, gw mandi tapi badan gw udah panas dingin......"

"Setelah itu ??"

"Dia minta saya untuk melakukan seks dengannya......."

"Dan kamu mau?"

"Aku nggak mau, enak aja....emangnya aku cewek apaan? Tapi aku tahu nafsunya gede banget, tapi tidak segede alat fitalnya......"

"Hahahahahahahaha........." ketawaku langsung mengisi ruang food court. Untung tidak banyak pengunjung yang lagi makan.

"Gw bilang kalau gw masih perawan....namun dia tidak percaya"

"Yah..mana ada lagi laki-laki yang percaya kalau gadis jaman sekarang masih perawan...." ujarku tanpa nada setuju.

"Benar....Tio, gw masih perawan..lu mau bukti?"

"Apa buktinya.....mana gw tahu selaput darah lu masih ada...."sambarku penuh tanya.

"Lihat bahu gw masih tegak, kalau yang sudah tidak perawan akan kelihatan jatuh.."jawabnya.
"Lihat tuh si Mercy, gw tahu dia pacar gelapnya si Juan dan sudah sering ditiduri sama si Juan...bahunya sudah turun khan dan dadanya udah melar....nggak mekar lagi..."

"Emangnya dadamu semekar apa sih? tuh..lihat, keci dan tak berbentuk gitu....."

"lha..kalau gede-gede, entar dibilangin disuntik silikon segala......sorry ya"

"Okeh, koq jadi ngelantur omongannya, kalian ml nggak malam itu?"

"Juan sih minta seperti itu, malah dia juga ngakunya masih perjaka. Katanya biarlahlah malam ini keperjakaan dan keperawanan kami sama-sama hilang....gombal banget"

"Oh...oh.......Juan masih perjaka?"

"Gw sih bilang gini, oh...so sweet...hahahahahahahahha"

"Trus gimana kelanjutannya, kalian ngelakuin nggak?"

"Kita cuma foreplay aja kok....demi Tuhan"

"Ok.....benar nggak ya?"

"Kita bermain oral trus......."

"Oh my God....sampai segitunya"

"Iya, tapi nggak sampai penetrasi kok......"

"Udah pernah sebelumnya yah?"

"Dia khan sering antar aku pulang jadi, saat di dalam mobil dia mulai kissing aku...aku sih suka aja. Hitung2 hilangin stress after kerja..."

"Hilangin stress yah olahraga donk, kalau mo ngeseks yah sama pasangan resmi....."

"Just for fun kok Tio......"

"Bagian vitalmu diapain sama dia?"

"Dimasukin ama kukunya yang panjang.....gw takut aja selaput darahku rusak......"

"Elo menikmati nggak?"

"Iya sih....tapi aku sadar.....kalau aku tidak mau ml malam itu....."

"Kok bisa sih kenal dengan sex? Sejauh mana elo udah bergelut di dunia ini?"

"Dulu khan gw udah pernah tunangan, sejauh itu gw udah belajar donk......"
"Tapi gw nggak mau menginap ama dia malam itu. Gw suruh dia mengantar gw pulang......."

"kenapa? Bukannya elo menikmatinya?"

"Gw nggak mau dia akan merasa menang karena sudah berhasil mengambil keperawanan gw dan akan selalu melihat mukanya disini.......dasar Penjahat Kelamin (PK)...."

Wednesday, January 04, 2006 

Welcome Banjir Bandang

Baru bebeapa hari memasuki tahun 2006, kita sudah dikejutkan dengan berita bencana alam yang maha dasyat. Banjir bandang di daerah Jember yang sampai detik ini sudah menelan korban jiwa sampai 70 orang, belum lagi yang masih tertimbun tanah berlumpur.

Ternyata alam tidak hanya berhenti disitu, hujan deras dari jawa timur sudah bergerak ke jawa tengah. Lagi-lagi banjir bandang yang menjadi bencana disana.

Belum hilang dari ingatan kita kalau setahun kemarin bencana tsunami sudah meluluhlantahkan sebagian wilayah Indonesia. Dan sampai sekarang, recoverynya belum selesai. Disana sini masih ditemukan akibat dari bencana. Dari masyarakat yang tidak memiliki tempat tinggal sampai anak-anak yang sudah kehilangan ayah dan ibunya.

Dalam sebuah papan bilboard, iklan sebuah produk rokok yang sudah dikenal kalangan luas, katanya kok banjir bandang sudah jadi tradisi?? tanya kenapa??

Kepada siapa aku harus bertanya? kepada siapa kita harus meminta pertanggungjawaban?
satu orangpun atau malah sebiji rambutpun tidak ada yang mau mengklaim dirinya sebagai wujud yang bertanggungjawab kepada semua bencana ini ........???

Saya sebetulnya tidak setuju dengan isi iklan rokok ini, namun apadaya negaraku selalu diterpa bencana. Kalau dibilang berdoa, aku berdoa dan kuyakin semua yang mengaku beragama mendoakan kondisi negara kita ini. Semoga arwah para korban mendapat tempat disisinya.

Karena mungkin masih akan ada banjir bandang, demikian prakiraan BMG. Katanya sampai februari nanti, so saya sambut dengan "Welcome Banjir Bandang.......Selamat Datang BO.....!!!!!

Monday, January 02, 2006 

2006 Celebration with Love

10....9.....8....7....6.....5....4.....3....2....1......
Happy New Year...Happy new Year......
Selamat datang tahun 2006

Kalimat diatas adalah sebagian dari isi perayaan tahun baru bersama Maribeth di pusat perbelanjaan terbesar di kota Batam. Malam tahun baru 2006 aku terpaksa dan harus ada disana bersama ratusan pengunjung dan undangan yang sudah duduk manis di kursi yang mengelilingi meja bundar malam itu.

Pesta pergantian tahun malam ini dirancang dengan sangat special sehingga pihak Megamall harus menyulap atrium timurnya menjadi tempat pesta yang sangat luar biasa. Panggung yang ditata dengan hiasan balon beraneka warna. Permainan lampu hias disana sini. Layar slide yang terpajang diatas panggung mampu memberikan kesan kalau acara malam itu sangat luar biasa karena selain Maribeth yang khusus didatangkan panitia dari Philipina juga ada pemenang Christmas Award tahun 2004 yaitu Amanda dan Sanobo.
Mereka benar-benar mampu menghibur semua pengunjung dan undangan.

Aku sungguh bersyukur bisa dipercaya untuk membawakan acara pada malam itu. Dan rasanya tidak nikmat kalau hanya sendiri yang berkoar-koar di atas panggung sebesar itu. Panitia memasangkan aku dengan seorang teman yang bernama Tabitha yang sudah aku kenal dalam event "celebration Christmas and New Year" di tempat yang sama pada 2 minggu yang lalu.

Tampil dengan balutan busana kombinasi hitam dan putih koleksi dari 126 (one two six) yang memiliki motto the clubbing community, mampu mewujudkan sosok kami berdua sebagai bagian dari kominitas yang sudah atau sering keluar masuk klub.

Acara malam sebetulnya sudah terlambat dan berjalan di luar dari rundown acara namun stage managernya (Mas Heru, red) mampu mengejar acara dengan cara gw dan tabitha harus pintar menggunakan waktu. Gerakan-gerakan tangan mas Heru dari pinggir panggung memberikan kode kalau waktunya untuk mencabut beberapa nomor door prize.
Dilanjutkan dengan performance vokal solo, fashion show dari e models talent dan tarian dari givo dance. Acara malam itu sungguh semarak dan sangat layak sebagai acara penutupan tahun 2005 dan acara penyambutan tahun 2006.

Tepat jam 11.20, dengan suara merdunya, maribeth turun melalui eskalator. Tepuk tangan riuh menyambut kehadirannya. Semua undangan dan pengunjung Megamall terpesona dengan suara dan kemampuannya berinteraksi dengan audiens.

Sebagai lagu pamungkas dari seorang Maribeth, lagu yang memperkenalkannya di Indonesia yaitu Denpasar Moon mejadi lagu terkhir dalam acara Celebration With Love malam itu.
Semoga Tahun 2006 menjadi tahun yang penuh cinta......cinta......dan cinta........

About me

  • I'm vuelveogata
  • From Batam, Kepri, Indonesia
  • From This Moment On (I do swear that I'll always be there. I'd give anything and everything and I will always care. Through weakness and strength, happiness and sorrow, for better or worse, I will love you with every beat of my heart.) From this moment life has begun From this moment you are the one Right beside you is where I belong From this moment on From this moment I have been blessed I live only for your happiness And for your love I'd give my last breath From this moment on I give my hand to you with all my heart Can't wait to live my life with you, can't wait to start You and I will never be apart My dreams came true because of you From this moment as long as I live I will love you, I promise you this There is nothing I wouldn't give From this moment on You're the reason I believe in love And you're the answer to my prayers from up above All we need is just the two of us My dreams came true because of you From this moment as long as I live I will love you, I promise you this There is nothing I wouldn't give From this moment I will love you as long as I live From this moment on
My profile

Menurut Kamu Gimana?!

Powered by Blogger
and Blogger Templates
BlogFam Community